Sunday, June 10, 2007

"MALAM JUM'AT KLIWON....SEREM"

Pemain
Robertino
sebagai Ramon
Ben Joshua
sebagai Dhika
Gracia Indri
sebagai Sheila
Debby Kristy sebagai Joana
Nadiah Hasan sebagai Vina

Penampilan Khusus: Sudjiwo Tedjo

Film horor nampaknya masih menjadi ladang bagi para pembuat film nasional. Setelah kemunculan Angker Batu dan Suster Ngesot, film horor nasional kembali lagi lewat film Malam Jumat Kliwon produksi Indika. Shanker sebagai produser mempercayai Koya Pagayo untuk membesut film ini, yang sebelumnya terlibat bersama dlaam pembuatan film Hantu Jeruk Purut.

Adegan awal film menceritakan serang gadis bernama Suci yang harus mengalami kenyataan pahit, dihakimi oleh massa, dengan alasan sebagai dukun santet. Sebelum meninggal, Suci bersumpah bahwa di malam Jumat Kliwon, Tanah dimana ia meninggal dikutuk untuk selamanya.

Adegan lalu berganti pada setting jaman sekarang, yang menceritakan empat mahasiswa bernama Dhika (Ben Joshua), serta pacarnya Joana (Debby Kristy), Sheila (Gracia Indri), serta Ramon (Robertino) sedang menikmati alunan musik di sebuah diskotik.

Pulang dari tempat clubbing, tanpa diduga mereka terkena Razia Polisi. Ramon yang merupakan pecandu narkoba, rupanya membawa narkoba pada malam itu. Tanpa pikir panjang, Ramon menancapkan gas mobil untuk lari dari Polisi.

Pelarian mereka membawa ke sebuah Rumah Sakit yang sudah tutup namun sangat angker, dimana rumah sakit tersebut tempat Suci gentayangan karena peristiwa pembantaian pada masa lalu, dan malam tersebut adalah malam Jumat Kliwon. Tanpa sengaja, mereka juga bertemu dengan Vina (Nadiah Hasan), yang terpisah dari kekasihnya. Dhika, Joana, Sheila, serta Ramon yang merasa diri mereka saat ini adalah buronan, memilih untuk berteduh dengan masuk ke dalam bangunan rumah sakit yang angker tersebut. Hal tersebut juga diikuti oleh Vina.

Awalnya mereka hanya merasa bahwa Rumah Sakit tersebut dapat dijadikan tempat untuk menginap, namun setelah beberapa lama mereka berada di tempat tersebut. Hantu-hantu mulai mengejar mereka, termasuk Suci yang meninggal secara tidak wajar. Seperti film horor yang lain, satu-persatu mereka terpisah dan mulai digentayangi oleh berbagai macam hantu serta setan. Mulai dari hantu ala Suster Ngesot, hantu Nenek Tua, hingga hantu Genderuwo.

Malam itu, bagi mereka nampaknya menjadi malam yang panjang untuk mereka lalui mengingat hampir tiap menit mereka harus mendapatkan teror yang agresif dari para hantu. Sementara, secara tak terduga, mereka seakan tidak dapat keluar dari rumah sakit angker tersebut, sehingga kemanapun mereka lari untuk menghindar, hantu-hantu tetap mengejar mereka.

Mengomentari film ini, duet Shanker dan Koya Pagayo selaku produser dan sutradara sepertinya cukup bosan dengan hanya menghadirkan satu hantu seperti film horor lainnya. Sehingga sapat dikatakan dalam film ini, Shanker dan Koya menghadirkan satu Batalyon hantu untuk menambah ketegangan penonton.

Selain itu, ketegangan coba dimunculkan lewat teror hantu kepada setiap pemain hampir setiap saat. Lima tokoh utama tersebut, dibuat oleh Koya Pagayo mendapatkan jatah masing-masing untuk mendapatkan teror dari jenis hantu yang berbeda-beda. Namun, menjadi cukup monoton, ketika hampir setiap sepuluh detik teror hantu dengan pola mengagetkan penonton menjadi menu utama film ini.

Konflik yang terjadi antara tokoh utama berusaha dibuat oleh Koya Pagayo. Mulai dari konflik dimana Dhika menyalahkan Nino yang membuat mereka buron dari polisi hingga ada kisah rahasia yang disembunyikan oleh Dhika terhadap kekasihnya Joana. Namun, konflik tersebut nampaknya hanya menjadi sebuah pelengkap saja, karena film ini sebagian besar seperti yang dikatakan hanya mengadalkan teror hantu terhadap mereka.

Menariknya dari film ini adalah tidak adanya scene shower yang biasanya selalu diadopsi dalam setiap pembuatan film horor. Selain itu, tampilan bermacam-macam hantu mulai dari puluhan suster ngesot sampai setan botak, berusaha ditampilkan seseram mungkin untuk menambah kesan seram film ini.

Berbicara akting pemain, tidak ada yang tampil menonjol dari para pemain utama. Mungkin hanya Robertino yang tampil lumayan, lewat perannya yang cool serta cuek seperti karakter yang diinginkan oleh Koya Pagayo. Sementara akting Ben Joshua, terlihat standard. Bintang lainnya seperti Nadia Christy terlihat hanya mengandalkan tangisan untuk memerani karakter Joana. Gracia Indri yang memerankan tokoh Sheila, terlihat sangat sinetron ketika berusaha menampilkan ekspresi marah-marah. Untuk Nadia Hasan, terlihat cukup kaku dalam memerankan seorang gadis yang mempunyai penyakit asma.

Secara keseluruhan, film Malam Jumat Kliwon tidak ada yang spesial untuk menampilkan sebuah horor yang berbeda dari film horor lainnya. Hadirnya satu batalyon hantu dalam film ini, tidak berhasil membuat film ini tampil berbeda. Adegan untuk menakuti penonton praktis hanya dilakukan dengan mengagetkan penonton apabila hantu mulai mendatangi para tokoh utama yang terjebak dalam bangunan angker tersebut.

Dapat dikatakan, film Hantu Jeruk Purut milik Koya Pagayo dan juga diproduseri oleh Shanker masih jauh lebih baik, dibandingkan film ini. Hanya, dibandingkan film Suster Ngesot, film Malam Jumat Kliwon masih lebih baik. Selamat Menyaksikan !!!

No comments:

"Animasi"